Oleh : Dadang Setiawan, 10 Januari 2010
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa merupakan indikator dari keberhasilan pendidikan. Kenyataan yang terjadi di dalam kelas merupakan suatu fenomena yang menunjukan bahwa pendidikan telah berhasil atau belum. Proses pembelajaran di dalam kelas pada umumnya masih di dominasi oleh guru dibandingkan dengan keaktifan siswa baik dalam bertanya, menjawab, berkomentar, menyanggah bekerjasama dan bertanggung jawab terhdadap diri sendiri ataupun kelompok. Keadaan ini seolah menjadi ketidak berhasilan seorang guru dalam menanamkan ilmu dan dalam menerapkan metode pembelajaran atau menunjukan ketidak seriusan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan karena kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut UNESCO, pendidikan pada abad ini harus diorientasikan terhadap pencapaian empat pilar pembelajaran yaitu : Pertama Learning to know (belajar untuk tahu), Kedua Learning to do (belajar untuk melakukan), Ketiga Lerning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), Keempat Learning to live together (belajar bersama dengan orang lain). Merujuk pada pernyataan tersebut maka akan timbul sebuah pertanyaan besar yaitu “Apakah pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah mencakup empat pilar tersebut?”. Berangkat dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan.
Seperti pada umumnya sering dkatakan bahwa dengan menggunakan metode konvensional pembelajaran akan berlangsung monoton tanpa ada teknik kreatif yang mengajak siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk lebih serius terhadap mata palajaran. Sehingga terjadi proses pembelajaran yang inovatif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa karena metode yang diberikan dalam proses pembelajaran bisa merangsang siswa untuk termotivasi mengikuti proses belajar mengajar. Peran seorang guru sangat memberikan pengaruh besar terhadap karakter siswa. Bila seorang guru dapat membekali siswanya dan memberi pondasi supaya empat pilar yang diorientasikan UNESCO dapat diterapkan maka merupakan kesempatan yang luas untuk siswa yang mempunyai guru atau pendidik yang berkualitas untuk mendapatkan ilmu selluas mungkin dan menjadi dasar yang kuat bagi bangsa dan negara ini bila pendidikan bisa menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang memerluan pemikiran kritis dalam memandang segala sesuatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dalam mata pelajaran sejarah, siswa diberikan suatu gambaran berupa fakta-fakta yang terjadi yang terjadi pada masa lalu. Seharusnya mata pelajaran sejarah memberikan rangsangan pada siswa untuk berpikir kritis mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan berpikir skeptis terhadap apa yang dikatakan oleh guru ataupun sumber buku yang menjadi pegangan. Sehingga dengan begitu siswa dapat berperan aktip dalam mengikuti proses pembelajaran dan pembelajaran berlangsung dengan sangat menarik. Pembelajaran yang menarik salah satunya diadapatkan dari inovasi pendidikan yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga proses pendidikan itu sendiri. Inovasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan guna meningkatkan prestasi kearah yang maksimal. Inovasi ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran. Kewajiban sebagai pendidik atau guru tidak hanya transfer pengetahuan tapi juga dapat mengubah prilaku, memberikan dorongan yang positif sehingga siswa termotivasi, memberi suasana belajar yang menyenangkan, agar mereka bisa berkembang semaksimal mungkin. Guru tidak hanya mengolah otak siswanya tapi juga mengolah jiwa anak didiknya supaya terjadi keseimbangan antara prestasi akademik dengan kondisi kejiwaan siswa.
Model pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru untuk sekarang dapat dikatakan sebagai model yang tidak bisa mengikuti zaman yang sudah semakin modern seiring dengan kemajuan dalam bidang pendidikan. Sudah seharusnya seorang guru mempunyai metode atau model-model pembelajaran yang lebih inovatif untuk mengantisipasi kelemahan model konvensional yang selama ini dipakai guru. Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajarnya secara bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang dibuat oleh guru. Sehingga diharapkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, siswa diharapkan dapat lebih bisa menemukan masalah, mengorganisasikan, memecahkan masalah dan bekerjasama dalam menanggapi masalah. Sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dengan menerapakan metode ini, siswa dalam proses belajar di kelas akan lebih aktif, lebih bisa mempertimbangkan pendapat dan lebih memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang terjadi di kelas.
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Kooperatif dalam hal ini adalah kerjasama antar siswa dengan siswa dan antar siswa dengan kelompoknya dan dituntut juga tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain selain itu dapat meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Slavin menjelaskan lebih lanjut mengenai pembelajaran kooperatif sebagaimana dikutip Solihatin dalam bukunya Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS (2007):
Cooperative Learning suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratoratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Bila meihat secara langsung dilapangan mengenai kondisi kelas X-C SMA NEGERI 1 PARONGPONG maka suasana di kelas terutama dalam proses pembelajaran, berlangsung dengan sangat ramai. Salah satu yang membuat situasi tersebut adalah keaktifan siswa terutama dalam menjawab dan menanggapi pendapat dan pertanyaan guru. Metode ceramah yang diberikan guru memang sedikitnya bisa membawa anak pada pengetahuan baru dalam belajar sejarah, namun metode tersebut sudah dirasa sangat konvensional yang mengakibatkan siswa kurang termotivasi secara serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Memang siswa hampir lima puluh persen berperan aktif, tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah bentuk keaktifan siswa yang tidak mengena terhadap materi yang diajarkan seperti siswa yang menjawab pertanyaan dengan jawaban yang ngawur dan tidak tepat sasaran terhadap materi pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa motivasi siswa dalam belajar untuk lebih serius dirasa sangat kurang sekali dan itu mempengaruhi terhadap alokasi yang diberikan karena indikator dari pembelajaran tersebut tidak dapat dipenuhi secara tepat.
Pembelajaran yang diberikan guru secara materi sudah menerapkan metode konstruktivistis dimana guru mengajak siswa dengan isu-isu kontemporer dan menempatkan kontek siswa pada zamanya. Keaktifan siswa memang sudah terlihat tetapi bagaimana caranya keaktifan tersebut tertuju pada satu titk yaitu materi yang sedang diajarkan sehingga pembelajaran tidak melantur kemana-mana. Sesekali guru bertanya kepada salah satu siswa dan siswapun menjawab tetapi jawaban tersebut tidak mengena pada pertanyaan guru. Siswa dalam hal ini seolah tidak punya motivasi untuk lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran malah justru seolah hanya menganggap pembelajaran ini hanya sebuah pembelajaran yang kurang bermakna. Permasalahan ini tentunya merupakan permasalahan yang dirasa sangat penting untuk dicari solusi yang tepat dalam mengatasinya. Dasar pertama adalah bagaimana supaya siswa lebih merasa tertarik dengan proses pembelajaran dan bagaimana supaya siswa lebih termotivasi untuk lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran. kemudian bagaimana agar siswa dalam menanggapi ataupun menjawab pertanyaan dari guru lebih mengena pada sasaran pertanyaan tersebut.
Maka dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, diharapkan dapat memberikan peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga terjadi kerjasama yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang berlandaskan tanggung jawab penuh atas apa yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran. Dengan begitu akan tercipta proses pembelajaran yang bermakna dan tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut yang kemudian terlihat dalam bentuk hasil evaluasi pembelajaran yaitu berupa nilai yang didapatkan siswa dan prestasi hasil belajar yang diraih siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat di tarik garis besar yaitu kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti mata pelejaran sejarah di SMA Negeri 1 Parongpong. Sehingga masalah yang terjadi dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu “Apakah dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat menumbuhkan motivasi sisawa dalam mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Parongong?”. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian sehingga pembahasan materi tidak meluas dan penelitian yang dilakukan lebih terfokus maka peneliti membuat sebuah rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model Pembelajaran Kooperatif metode kooperatif Tipe Jigsaw di kelas X-C SMA Negeri 1 Parongpong?
2. Bagaimana pengembangan pembelajaran sejarah melalui penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi siswa di kelas X-C SMA Negeri 1 Parongpong?
- Bagaimana dampak penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X-C SMA Negeri 1 Parongpong?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian. Secara umum tujuan penelitian dapat diklasifikasikan sebagai berikut antara lain:
1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran sejarah.
2. Untuk mengkaji penerpan metode Kooperatif Tipe Jigsaw dalam meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran sejarah.
3. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terutama dalam mata pelajaran sejarah.
4. Untuk melihat hasil dari penerapan metode Kooperatif Tipe Jigsaw yang diukur dari sebelum diterapkan metode tersebut sampai ketika sudah diterapkan metode tersebut.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian merujuk kepada dua aspek yaitu manfaat bagi guru selaku seorang pengajar yang sudah seharusnya memiliki metode yang tepat dalam menangani permasalahan yang terjadi didalam kelas dan manfaat yang sangat besar sekali yaitu bagi siswa bagi siswa sebagai sasaran pengajaran. Sehingga siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah memiliki modal dasar yang kuat yaitu motivasi dan keseriusan dalam belajar. Secara garis besar manfaat penelitian diklasifikasikan kedalam beberapa poin sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru yaitu mengetahui cara peningkatan kualitas pembelajaran sejarah dengan penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Sehingga proses pembelajaran bisa berjalan lebih bermakna baik untuk guru yang mengajar ataupun untuk siswa yang menjadi sasaran pembelajaran.
2. Manfaat untuk siswa yaitu penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi, keseriusan dan kualitas pembelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dengan penerapan metode Kooperatif Tipe Jigsaw.
3. Manfaat bagi bagi sekolah yang menjadi tempat berlangsungnya proses pembelajaranyaitu dapat memberikan gambaran, masukan, dan pemikiran yang berguna dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.
4. Manfaat bagi peneliti yaitu diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama untuk melihat perbedaan yang terjadi dari sebelum dan sesudah diterapkanya metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di dalam kelas.
5. Manfaat bagi masyarakat umum baik Pembaca atau pihak yang memerlukan informasi mengenai metode pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat dan terutama untuk dunia pendidikan Indonesia.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran strategi yang berpusat kepada siswa (Student Center) dimana siswa dituntut untuk bekerjasama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun kepada kelompoknya. Cooperative Learning suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratoratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin, 1984). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga kemampuan secara kognitif dan sosial skill siswa sangat diperlukan dan dimiliki oleh siswa.
F. METODOLOGI PENELITIAN
a. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Model Penelitian Tindakan Kelas dimana bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas dengan melaksanakan tahap-tahap PTK peneliti menemukan solusi dari masalah yang timbul di dalam kelas. Seperti yang dikatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).
Pendapat yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart memang masih sangat umum, kemudian pendapat tersebut lebih di kerucutkan lagi oleh Hardjodipuro bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah:
Suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTK di lakukan dalam rangka memecahkan masalah dikelas oleh guru melalui intropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevaluasi diri sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar sudah memadai dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
b. DESAIN PENELITIAN
Model Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan desain model penelitian Kemmis dimana dalam desain ini Kemmis menggunakan empat komponen penelitian tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu sistem spiral yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).
Alasan menggunakan desain tersebut dalam penelitian ini yaitu dikarenakan model penelitian Kemmis dalam penerapannya dilakukan secara berulang-ulang atau ada perencanaan ulang setelah tindakan pertama. Sehingga kita bisa menarik kesimpulan jika pada penelitian pertama tidak berhasil kita akan melakukan penelitian selanjutnya. Dengan model penelitian Kemmis kita mengetahui apakah berhasil atau tidaknya suatu perencaan. Selain itu penelitian model Kemmis menggunakan empat komponen penelitian tindakan diantaranya: perencaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu system spiral yang saling terkait. Perencanaan merupakan tahap awal yang sangat penting untuk di lakukan, karena dengan dilakukanya perencanaan terlebih dahulu maka tindakan yang dilakukan akan tersusun secara sistematis. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan atau proses yang diperlukan dalam penelitian tersebut dan proses selanjutnya mulai melakukan observasi, dalam hal ini penelitian menggunakan metode Kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA NEGERI 1 PARONGPONG. Setelah proses observasi selesai maka akan dilakukan refleksi atau analisis terhadap data yang telah dihasilkan dan jika terjadi kesalahan akan dilakukan pengumpulan data kembali sehingga pada akhirnya menghasilkan data yang benar-benar valid dan tercapai pada tujuan yang ingin di capai yaitu meningkatkan motivasi siswa.
c. LOKASI DAN SUMBER PENELITIAN
Penelitian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini akan diterapkan dikelas X-C SMA NEGERI 1 PARONGPONG yang bertempat di Jl. Cihanjuang Rahayu Kabupaten Bandung Barat. Adapun yang menjadi sumber penelitian dalam penelitian ini yaitu kelas X-C SMA Negeri 1 Parongpong dan rujukan berupa literatur sumber buku yang bisa digunakan sebagai tinjauan pustaka atau kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian.
d. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan ialah kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber dalam pengumpulan data dapat diperoleh dari guru dan siswa serta pihak-pihak lain yang bisa membantu dan dapat dijadikan sebagai sumber data yang relevan dengan penelitian seperti kepala sekolah. Sumber data penelitian didapat dari semua ucapan, tindakan, situasi, sikap dan peristiwa yang diamati selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dikelas. Setelah data-data yang diperlukan untuk penelitian sudah memenuhi syarat maka mulai diadakan pengumpulan data. Agar mendapatkan data yang relevan maka perlu maka selain menggunakan metode yang tepat juga perlu memiliki teknik dan alat pengumpul data yang relevan pula. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik observasi sebagai alat pengumpul data. Secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Observasi dapat diartikan sebagi pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam proses observasi, penulis mengamati dan mencatat secara langsung berbagai hal yang terjadi di dalam kelas secara seobjektif mungkin. Observasi yang dilakuakan adalah observasi terbuka, dimana dalam observasi ini, peneliti mencata secara langsung semua kegiatan yang berlangsung selama proses belajar di dalam kelas.
b. Daftar Chek (Chek List) yaitu panataan data yang dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama observer disertai jenis yang akan diamati. Seorang observer dalam hal ini bertugas memberi tanda cek pada gejala yang muncul di dalam proses penelitian.
c. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data berupa pengumpulan data dokumentasi tertulis seperti arsip, buku-buku mengenai penilaian terhadap siswa yang berhubungan dengan masalah peneliti di kelas. Studi dokumentasi yang di gunakan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, daftar absensi siswa dan laporan hasil diskusi siswa yang ada di guru.
e. INSTRUMEN PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan untuk memperolah informasi yang dibutuhkan guna menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi. sebagai alat untuk mengukur tingkat motivasi siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengatahui sejauh mana motivasi siswa di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah lembar observasi. Aspek yang menjadi penilaian selama pembelajaran berlangsung meliputi kehadiran, bertanya, mejawab, mengemukakan pendapat, bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun dengan siswa lain di dalam kelas. Fromat observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa pemberian daftar chek list (√) pada keterangan yang meliputi indikator penilaian sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik dan cukup baik.
Format Observasi (Check List) Proses Pembelajaran Kelas X-C
SMA NEGERI 1 PARONGPONG
Berilah tanda (√) pada alternative jawaban yang tersedia sesuai dengan apa yang anda lihat!
SB : Sangat Baik KB : Kurang Baik CB : Cukup Baik
B : Baik TB : Tidak Baik
No
|
Proses Pembelajaran
|
SB
|
B
|
CB
|
KB
|
TB
|
1.
| ||||||
2.
| ||||||
3.
| ||||||
4.
| ||||||
5.
|
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan Proposal ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara terperinci mengenai latar belakang penelitian yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai penelitian yang direalisasi dalam bentuk laporan penelitian Rumusan masalah yang di klasifikasikan kedalam beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologi, sistematika penulisan dan pengolahan data, analisis dan validasi data.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti menguraikan secara lebih terperinci mengenai materi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw baik dari berbagai pendapat atau literatur yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Selain itu pada bab ini juga dipaparkan konsep-konsep dan landasan teoritis yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sehingga dari kajian teori tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah.
BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Lebih lanjut, peneliti menguraikan bagaimana penelitian yang dilakukan dilihat dari persiapan penelitian, langkah-langkah penelitian dan bagaimana penyelesaian akhir dalam penelitian ini.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bab inti yang berisi seluruh informasi dan data-data yang diperoleh peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan. Secara terperinci pada bab ini dideskripsikan mengenai hasil penelitian yang diperoleh peneliti. Adapun uraian materi yang akan dipaparkan dalam bab ini mengenai bagaimana gambaran umum sekolah SMA Negeri 1 Parongpong dan kemudian gambaran kelas X-C SMA Negeri 1Parongpong. Secara garis besar padabab pembahasan ini peneliti menguraikan seluruh data-data yang diperoleh dari sumber-sumber yang didapatkan dari hasil penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu berupa interpretasi dan analisis peneliti terhadap kajian yang menjadi bahan penelitian serta melihat perubahan kelas seperti adanya perubahan yang terjadi atau tidak setelah metode pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw diterapkan di dalam kelas tersebut.
H. PENGOLAHA, ANALISIS DAN VALIDASI DATA
PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data yaitu pengklasifikasian data yang menggolongkan aneka ragam jawaban kedalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat kategori itu penyusunanya harus memenuhi bahwa setiap perangkat kategori dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat kategoti harus lengkap, sehingga tidak ada satupun jawaban responden yang tidak mendapat tempat dan kategori yang satu dengan yang lain harus terpisah secara jelas tidak saling tumpang tindih (Margono, 2007:191).
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstaraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil penelitian. Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan seterusnya secara berkesinambungan. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian kemudian di interpretasikan dalam bentuk naratif dan di ambil satu kesimpulan. Secara umum proses analisis data dilakukan melalui beberapa tahap pengolaha yaitu reduksi, deskripsi dan kesimpulan:
a. Reduksi data yaitu proses pemilihan data kedalam suatu kategori atau variabel yang lebih sederhanaan dari data hasil penelitian.
b. Display data yaitu proses penyajian data secara lebih sederhana dan diinterpretasikan dalam bentuk naratif, bagan atau neraca.
c. Verifikasi data yaitu proses pengambilan kesimpulan dari keseluruhan penyajian data sebagai jawaban terhadap tujuan penelitian.
VALIDASI DATA
Validasi data merupakan Satu hal yang sangat penting dilakukan oleh peneliti, karena berfungsi untuk menguji kevalidan data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian. Beberapa teknik validasi data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses pemeriksaan data tentang pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan informasi yang telah diperoleh kepada guru lainnya, siswa dan pengamat.
b. Member Chek
Member chek merupakan proses pemeriksaan kembali informasi data yang diperoleh selama observasi yang dimaksudkan untuk memperoleh kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan hasil pelaksanaan penelitian dengan kolabolator setiap akhir pelaksanaan penelitian tindakan dan dengan guru mata pelajaran sejarah yang lain.
c. Audit Trail
Audit Trail yaitu proses mengecek kebenaran data yang telah terkumpul dengan membicarakan dan mendiskusikan dengan mitra peneliti sehingga dapat melihat kesalahan-kesalahan baik di dalam penggunaan metode maupun prosedur yang digunakan.
I. DAFTAR PUSTAKA
Margono, S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Solihatin, Entin dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Syaodih, Nana. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakaryat
SUMBER INTERNET
Faiq Dzaki, T. (2009). Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif. [Online]. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/aktivitas-belajar-pada-model.html [5 Januari 2010]
Faiq Dzaki, T. (2009). Tips Motivasi Belajar Siswa. [Online]. Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/tips-motivasi-belajar-siswa-1.html [5 Januari 2010]
Faiq Dzaki, T. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. [Online]. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe_2116.html [5 Januari 2010]
hasil penelitiannya gimana pak???
BalasHapusHasil penelitianya bagus...
BalasHapusHasil belajar siswa menjadi lebih meningkat dan siswa lebih termotivasi untuk memahami lebih dalam tentang sejarah.